Laba Pertamina Geothermal Energy Turun Tipis, Efisiensi Pajak Jadi Penolong?

Laba Pertamina Geothermal Energy Turun Tipis, Efisiensi Pajak Jadi Penolong?

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) membukukan laba bersih sebesar US$160,3 juta atau setara Rp2,65 triliun pada tahun 2024, mengalami penurunan tipis dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$163,57 juta atau sekitar Rp2,70 triliun.

Penurunan laba itu disebabkan oleh beberapa faktor, terutama penurunan pendapatan dari production allowance Joint Operation Contract (JOC).

Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy, Yurizki Rio menjelaskan bahwa pada tahun sebelumnya perusahaan mencatat pendapatan tinggi dari JOC akibat eskalasi harga yang tercatat secara tertunda pada 2023. Pendapatan JOC tersebut turun sebesar US$3,2 juta atau sekitar Rp53 miliar di tahun 2024.

“Pendapatan JOC tahun ini kembali normal setelah sebelumnya sempat terjadi lonjakan. Itulah sebabnya laba bersih kami mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun lalu,” ujar Yurizki dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (26/3).

Selain itu, Pertamina Geothermal Energy mencatat kenaikan beban depresiasi sebesar US$2,7 juta akibat langkah post-capitalization clean-up yang bertujuan merapikan aset konstruksi perusahaan yang belum selesai.

Namun demikian, Yurizki menyebut langkah ini justru menghasilkan efisiensi dalam pajak penghasilan hingga mencapai US$9,5 juta atau sekitar Rp157,3 miliar.

“Kami mencatat depresiasi yang lebih tinggi, namun langkah tersebut memberikan manfaat efisiensi pajak yang cukup besar. Ini cukup membantu menjaga kinerja laba Pertamina Geothermal Energy,” jelasnya.

Dalam laporan keuangan 2024 ini, PGE juga menyesuaikan penyajian pos-pos biaya berdasarkan sifat pengeluarannya, sesuai dengan ketentuan regulasi akuntansi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal ini bertujuan agar laporan keuangan perusahaan menjadi lebih transparan dan memudahkan analisis kinerja keuangan.

Di sisi lain, perusahaan mencatatkan kenaikan beban operasional, di antaranya sebesar US$6,8 juta atau Rp112,6 miliar untuk pengembangan SDM dalam rangka persiapan ekspansi kapasitas hingga 1 gigawatt (GW).

Beban tambahan juga datang dari aktivitas konsultasi terkait eksplorasi tiga potensi merger dan akuisisi (M&A). Beban keuangan naik sebesar US$7,5 juta atau Rp124,2 miliar akibat implementasi standar akuntansi baru dan pembiayaan proyek yang tertunda dari PLN.

Meski demikian, PGE optimis kinerjanya tetap stabil didukung efisiensi operasional yang terus meningkat. Demikian informasi seputar laba yang didapatkan Pertamina Geothermal Energy. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Memuslima.Com.